I.PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa.
Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertaian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi – sendi pembangunan bangsa, pada akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petai. Kebijakan – kebijakan yang di tempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan – kebijakan tersebut hanya memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya – upaya yang di tempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani di anggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada kaum petani dan cenderung merugikan petani. . (http://mamassuranto.wordpress.com)
Berbagai masalah, baik teknis maupun sosial ekonomis sangat mempengaruhi perkembangan produksi hortikultura, salah satu diantaranya yang penting adalah masalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Berbagai jenis OPT baik berupa hama, penyakit maupun gulma menjadi faktor pembatas dalam peningkatan produksi karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Beberapa hama utama yang dapat menyebabkan penurunan produksi pada tanaman sayuran, antara lain Trips pada tanaman cabai dapat menurunkan sampai 80% (Moekasan, 1998), ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah pada musim kemarau jika tidak dikendalikan serangannya bisa mencapai 100% (Moekasan, 1998), penggerek umbi/daun kentang (Phthorimaea operculella) pada tanaman kentang mengakibatkan kerusakan 34% (Setiawati, 1998) dan serangannya ditempat penyimpanan kentang dapat mencapai 100%, ulat daun kubis (Plutella xylostella) yang menyerang tanaman kubis dapat mengakibatkan kerusakan hampir 100% dan serangan ulat buah tomat (Helicoverpa armigera)kerusakannya dapat mencapai mencapai 52%
Pengendalian hama pada tanaman sayuran dilaksanakan sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Teknologi pengendalian hama tanaman yang dapat diterapkan secara umum, antara lain :
- Pencegahan masuknya OPT ke area dalam lahan usahatani,
- Eradikasi atau pemusnahan hama dari tanaman inang, tanah, sumber inokulum lain atau pemusnahan pathogen dari suatu wilayah.
- Sanitasi kebun.
- Penggunaan varietas toleran.
- Pengaturan pola tanam yang terdiri atas pengaturan waktu tanam, tanam serentak, pergiliran tanaman, pengaturan jarak tanam, dan penggunaan mulsa,
- Pengendalian secara teknik budidaya, fisik dan biologi.
- Penggunaan pestisida bila diperlukan
Pada umumnya keberhasilan petani dalam berusaha tani sayuran, antara lain ditentukan oleh keberhasilan dalam melakukan usaha perlindungan tanaman. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dalam menyelamatkan infestasinya, petani rela mengeluarkan biaya besar untuk melakukan usaha perlindungan tanaman. Berdasar pada pengalamannya juga, petani mampu menduga timbulnya gejala serangan patogen, yang dikaitkan dengan factor lingkungan terutama cuaca. Oleh karena itu penggunaan pestisida khususnya insektisida sebagai upaya petani menyelamatkan pertanamannya dari gangguan hama di daerah sentra produksi sayuran sangat tinggi.
Hal ini tidak dapat dihindari karena di satu pihak insektisida dapat menekan laju perkembangan hama dengan cepat, di lain pihak ketika intensitas serangan diatas ambang ekonomi, cara pengendalian yang lain tidak mampu menekan laju perkembangan hama tersebut. Namun demikian perlu senantiasa ditanamkan pengertian kepada petani sayuran bahwa dalam melakukan perlindungan tanaman terkandung makna keamanan bagi produsen dan konsumen serta lingkungan hidup. Penggunaan insektisida harus secara bijaksana sesuai dengan prinsip untuk memperoleh produktifitas yang tinggi dan mantap, aman terhadap lingkungan, produsen dan konsumen serta menguntungkan bagi petani yang bersangkutan. Jenis tanaman sayuran dan jenis hama potensial yang menjadi kendala utama produksi tanaman sayuran sangat banyak. Oleh karena itu pada buku ini hanya akan dibahas beberapa hama utama pada beberapa tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis hama utama pada tanaman sayuran yang akan dibahas dalam buku ini terbatas pada :
- Tanaman cabai : hama ulat grayak (Spodoptera litura), Trips (Thrips parvispinus), lalat buah (Bactrocera sp.), dan kutu kebul (Bemisia tabaci),
- Tanaman bawang merah: hama ulat bawang(Spodoptera exigua), lalat pengorok daun (Liriomyza chinensis), Trips (Thrips tabaci), dan orong – orong atau anjing tanah (Gryllotalpa sp.)
- Tanaman kentang: hama penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella), pengorok daun (Liriomyza huidobrensis), kutu daun persik (Myzus persicae), Trips (Thrips palmi),
- Tanaman kubis : hama ulat daun (Plutella xylostella), ulat krop (Crocidolomia binotalis), dan kutu anjing (Phyllotreta vittata). Tanaman tomat : hama ulat buah tomat (Helicoverpa armigera), ulat tanah (Agrotis ipsilon), dan tungau kuning (Polyphagotarsonemuslatus) (www.deptan.go.id)
Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat merusak tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :
1. Gagal Panen
Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi mereka. Hama merusak tanaman dengan cara :
- Menghisap cairan tanaman
- Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua
- Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman
- Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis buah
- Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada batang, daun maupaun buah
2. Menurunnya Jumlah Produksi Tanam
Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis
3. Pertumbuhan Tanaman yang Tergangg
Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi kerdi dan tidak dapat berproduksi.
4. Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi
Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.
5. Kerugian bagi para Petan
Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain memperpuruk kondisi dan iklim pertanian di indonesia
6. Terjadinya Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.
7. Degradasi Agroekosistem
Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem. Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem alami.
8. Munculnya resistensi dan returgensi hama
Dengan penanggulangan serangan hama yang tidak sesuai akan menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri. (http://fapertauir.blogspot.com)
Teknologi pengendalian hama dengan mengandalkan pestisida, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi masalah hama tanaman. Bahkan penggunaan pestisida bisa berdampak buruk bagi manusia, jasad bukan sasaran dan lingkungan hidup. Kenyataan tersebut menggugah kesadaran akan kebutuhan pengendalian yang baru, yang dapat mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida. Pendekatan pengendalian baru yang dikembangkan ialah pengendalian hama terpadu (PHT).
Konsepsi PHT semula diartikan secara terbatas sebagai kombinasi pengendalian hama secara hayati dan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida. Tetapi teknik pengendalian kemudian dikembangkan dengan memadukan semua metode pengendalian hama yang dikenal. Termasuk didalamnya pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi dan pengendalian hama lainnya. Dengan cara ini, diharapkan ketergantungan petani terhadap pestisida dapat dikurangi.( http://usitani.wordpress.com)
1.2. Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui perbedaan keenam ordo serangga hama tersebut.
- Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan pengklasifikasian/identifikasi keenam serangga hama tersebut.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Serangga hama
Binatang kecil yg kakinya beruas-ruas, bernapas dengan pembuluh napas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras (spt belalang, semut, lebah) Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam") Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat)[2]. Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Walaupun telah diketahui hampir satu juta spesies serangga, masih banyak lagi serangga yang belum diketahui dan direkodkan kehadirannya. Tidak dapat dinafikan banyak serangga yang akan pupus, sebelum dapat direkodkan kewujudannya, akibat aktiviti pembangunan hutan yang dilakukan. Ciri-ciri utama serangga adalah seperti berikut :
- Kaki 3 pasang, yang terdapat di bahagian tubuh toraks.
- Tubuh terbahagi kepada 3 bahagian, iaitu kepala, toraks dan abdomen.
- Rangka tubuh terdapat di luar,yang disebut rangka luar, merupakan kulit keras. (blogspo.master)
2.2. Golongan Serangga Hama
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama(Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000). Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya
Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan.
Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.
Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan.
Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator.Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu . Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus.
Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.
Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan
Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya . Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya.(usupress.usu.ac.id/)
2.3. Tipe-Tipe Perkembangan Hidup Serangga
Selama hidupnya, serangga berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada dua macam metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Beberapa jenis serangga mengalami metamorfosa sempurna. Metamorfosa ini mempunyai empat bentuk: mulai dari telur, menjadi larva (= ulat = tempayak = lundi), kemudian kepompong, baru dewasa. Contohnya adalah ngengat: telur menetas menjadi ulat. Ulat berganti kulit beberapa kali, kemudian membuat kepompong. Setelah beberapa waktu, ngengat dewasa keluar dari kepompong. Hanya dewasa yang dapat terbang dan kawin. Contoh lain adalah kumbang kubah serangga yang mengalami metamorfosa sempurna mungkin tergolong hama (seperti penggerek buah kopi) atau mungkin tergolong musuh alami (seperti semut rangrang).
Metamorfosa sempurna : telur - larva - kepompong - dewasa.
Jika serangga tertentu tidak
mengalami metamorfosa sempurna, berarti dia mengalami metamorfosa tidak
sempurna. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur,
menjadi nimfa (serangga muda), kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa
tidak sempurna, tidak terdapat bentuk kepompong.
Contohnya adalah kepik dan capung. Telur menetas menjadi nimfa, kemudian
melepaskan kulitnya beberapa kali bila sedang mengalami proses perkembangan.
Pada saat melepas kulit terakhir, nimfa berubah menjadi serangga dewasa.
Metamorfosa tidak sempurna :telur - nimfa –dewasa . (http://afruri.blogspot.com)
2.4. Pengendalian Serangga Hama
Pengendalian serangga hama secara hayati
Dalam pelaksanaan pengelolaan serangga hama, kesetimbangan populasi alami adalah sangat penting untuk diperhatikan. Pengendalian serangga hama secara hayati dengan menggunakan musuh alami seperti parasit, predator dan penyakit serangga dapat mengelola kesetimbangan populasi serangga hama secara alami. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan penggunaan penyakit serangga sebagai agensia pengendali serangga hama di area pertanian, hutan, perkebunan atau taman perkotaan atau pedesaan dan pariwisata adalah bahwa penyakit serangga sebagai agensia hayati akan menetap di areal tersebut dan serangga hama akan dapat dikelola secara alami sehingga kerusakan tanaman berkurang dan selanjutnya menjadi cara pengendalian serangga hama yang relatif murah dan aman terhadap lingkungan.
Penelitian pengendalian serangga hama secara hayati, terutama menggunakan penyakit serangga di mulai dengan koleksi strain bakteri penyebab penyakit serangga, identifikasi strain bakteri dan rekayasa materi genetik strain bakteri pathogen dan pengujian patogenisitas yang meyakinkan bahwa strain bakteri bersifat spesifik, aman terhadap serangga non-target dan efektif untuk agensia biologi pengendali serangga hama. Produksi sel kultur bakteri untuk produksi bioinsektisida.
Biodiversitas dan Konservasi Serangga.
Keberadaan serangga pada suatu tempat dapat menjadi indikator biodiversitas, kesehatan ekosistem, dan degradasi landsekap. Oleh karena itu, konservasi serangga tidak dapat diabaikan. Serangga mempunyai fungsi/peran penting di lingkungan/ ekosistem, yaitu beberapa serangga berperan sebagai siklus nutrien dan aerasi tanah, sebagian besar anggota Hymenoptera adalah parasit yang dapat digunakan sebagai agensia pengendali serangga hospesnya. Selain itu serangga banyak yang berperan sebagai polinator, sebagai pakan tidak hanya untuk burung, tetapi juga anggota reptil dan mamalia. Di dalam ekosistem, serangga herbivor merupakan salah satu unsur struktur komunitas vegetasi.
Penelitian biodiversitas dan konservasi serangga meliputi koleksi serangga dari daerah yang berbeda antara lain pedesaan, perkotaan, pariwisata, pertanian, hutan dan identifikasi dan peran serangga di ekosistem.(http://biologi.ugm)
III.BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegaiatan Praktikum Acara II (Mengenal Ordo Serangga Hama) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman dan bagian tanaman bergejala dari lapangan dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin 16 April 2012 jam 15.15-17.00 WIB
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah specimen serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, Lepidoptera, dipteral dan coloeptear) ada pun sampel hama yang dibawa adaalah belalang kayau, ulat grayak, walang sangit, kutu daun, kepik, kumbang kelapa dan lalat buah. Sadangkan alat yang digunakan adalah lup, pinset, alat gambar dan alat tulis.
3.3. Cara Kerja
Setiap praktikum agar membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordoseranga hama, yang digambar adalah: 1. Bentuk serangga keseluruhan 2. Permasing-masing bagian yaitu sayap depan dan belakang, kepala (capu) dada (thorax), perut (abdomen) dan kaki #. Melakukan pengklasifikasian ( ganus, spesies< ordo, dan familia) $. Membuat resume singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang diserang, dan biologis serangga tersebut (tlur-larva-pupa-im,ago atau telur-ninva-imago-(mencantumkan dalam laporan) 5. Ilustrasikan contoh gambar keenam ordo serangga.
Kita gambar hasil pengamatan (perkelompok) dibuat sebai laporan sementara yang diparaf oleh asisten yang b ertugas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Hasil Pengamatan
Table hasil pengamatan mengenal ordo serangga hama`
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kumbang Kelap
Gambar 1 Bentuk kumbang kelapa Gambar 2 bagian tubuh kumbang kelapa
Ada pun klasifikasi kumbang kelapa adalah Kingdom adalan Animalia, Filum adalah Arthropoda, Kelas adalah Insecta, Ordo adalah Coleoptera, Famili adalah Scarabaeidae, Genus adalah Oryctes, Spesies adalah Oryctes rhinoceros L.
Kumbang kelapa merupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam, malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat.
penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago,Telur bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari, telur-telur menetas setelah 12 hari.
Kumbang
ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian
punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat
cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala.
kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam
mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang
jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang
tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada
kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak
ditemukan.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan
terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat
lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan
tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari
pasangan dan kemudian kawin. Betina berumur 3
minggu dan jantan berumur 5 minggu dapat siap kawin, terbang dan makan pertama.
Contohnya peletakkan telur dapat terjadi sebelum kumbang keluar dari sarang
dimana larva itu berkembang.
Pengendalian hama berdasarkanpada tata hubungan biologik di dalam ekosistem, dalam hal ini komponen lingkungan atau agroekosistem yang beraneka ragam itu perlu dipertimbangkan. Ditambahkan pula oleh Sumarsono (1977), bahwa cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang.
Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan berkembangbiaknya hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun, maka pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya.
Penggunaan kelapa mati yang dibiarka tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus.
Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan larva O. Rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva, beberapa jenis nematoda dan cendawan juga menjadi musuh alami kumbang kelapa (Nayar, 1976).
Siklus hidup O. Rhinoceros di daerah pantai Padang berkisar antara 3,5-6,5 bulan dan di Bogor mencapai 8 bulan lamanya pada ketinggian 236 m dpl . Sedangkan di Australia menunjukkan bahwa jantan dapat hidup hingga 6,4 bulan dan betina 9,1 bulan lamanya sedangkan di India rata-rata lama hidup 4,7 bulan, namun iklim yang tidak mendukung atau makanan yang tidak cocok dapat menekan perkembangan hama ini hingga 14 bulan (blogspot.master)
4.2.2. belalang kayu
Gambar 3 belelang kayu Gambar 4 bagian tubuh belalang kayu
Klasifikasi hama belalang kayu dengan Filum adalah Arthopoda, Sub filum adalah Mandibulata, Klas Insekta, Family Acrididae, Genus Valanga dan Spesies Valanga Nigriconis
Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar. Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur. Tipe mulutnya menggigit.
Tubuh insecta beruas-ruas, terdiri aas segmen kepala (cephalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Kepala insecta terdiri atas satu segmen yang sebenarnya merupakan persatuan dari enam segmen. Pada bagian kepala terdapat :
Sepasang mata faset (majemuk), yaitu mata yang memiliki beberapa ommatidia (mata tunggal)
Sepasang antena/alat peraba.
Tiga pasang alat mulut, yaitu :
- rahang muka
- rahang tengah
- rahang belakang
Dada (toraks) terdiri dari tiga segmen, yaitu prototoraks, mesotoraks dan metatoraks. Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas. Pada beberapa insecta, di bagian kakinya terdapat keranjang serbuk sari. Pada umumnya insecta mempunyai dua pasang sayap.
Bagian perut (abdomen) terdiri atas ± 11 ruas. Ruas belakang (bagian posterior) berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada beberapa insecta betina terdapat alat untuk melepaskan telur yang disebut ovipositor serta kantung tempat menyimpan spermatozoid yang disebut spermateka. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.
Menurut tipe mulutnya, Insecta digolongkan menjadi empat (4) tipe mulut, yaitu :
mulut menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik dan berbagai macam belalang.
mulut menggigit dan menjilat, misalnya berbagai macam lebah.
mulut menusuk dan mengisap, misalnya nyamuk.
Pengendalian
Secara kimiawi Pengendalian scara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan
phosdrin, diazinon, basudin, dan insektisida lainnya, Secara biologis Pengendalian
secara biologis dilakukan dengan merawat kumbang endol yang lawanya sebagai
parasite telur belalang. Kultur tekni
Pengendalian dengan kultur teknis adalah dengan pengaturan pada penanganan. (blogspot.master)
4.2.3. walang sangit
Gambar 5 walang sangit Gambar 6 bagian walang sangit
Klasifikasi Hama Walang Sangit adalah Kingdom Animalia, Pylum Arthopoda, Sum Filum Mandibulata, Klas Insecta, Sub Klas pterygota, Ordo Hemiptera, Famili ceseidae, Genus Leptocorisa dan Spesies Laptocorisa acuta
Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur ratarata 5,2 hari
Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfarata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa.
Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan
Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari) (http://balitt)
Pengendalian
a. Penggunaan Perangkap
Di lahan rawa lebak petani dalam mengendalikan hama khususnya walang sangit menggunaan perangkap yaitu dari bahan keong yang dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sangit dapat ditekan. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena dengan perangkap tersebut walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan pada bulir padi.
Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10 ekor/perangkap. Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-10 butir/tempat, sehingga walang sangit yang datang berkunjung dan mengisap bahan tersebut dan mati.
Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang
dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup efektif memerangkap walang sangit. Walang sangit bergerombol datang pada perangkap bau busuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepada bau-bauan tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk tersebut.
4.2.4. kutu daun
|
perut
|
punggung
anus
kaki
mulut
mata
gambar 7 kutu daun gambar
8 bagian tubuh kutu daun
punggung
|
anus
|
kaki
|
mulut
|
mata
|
Klasifikasi hama kutu daun adalah Filum Arthopoda, Sub filum Mandibulata, Klas Insecta, Ordo Homoptera, Famili Aphididae, Genus Aphis dan Spesies Aphis sp
Daur hidup kutu daun ialah dimilai dari telur – nimfa – imago . Umumnya, stadia nimfa terdiri atas empat instar Stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 15oC, sembilan hari pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC. Seekor betina yang tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata 68,2 ekor nimfa, sementara betina bersayap melahirkan 49 nimfa. Lama hidup imago adalah 4-12 hari ,Ketiadaan fase telur di luar tubuh A. maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan terjadi dalam alat re produksi betina dan diduga telur tidak mampu bertahan pada semua kondisi lingkungan.
Memiliki ciri yaitu berwarna putih, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai. yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau ayau, hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat.
Kutu daun mudah dikendalikan dengan menggunakan insektisida kontak atau sistemik. Insektisida granular sering dipakai untuk mengendalikan hama ini pada tanaman sereali a. Insektisida seperti malathion lebih disenangi karena lebih sedikit pengaruhnya terha dap populasi musuh alami. . .(http://www.google.co.id)
4.2.5. ulat tanah
Ulat Grayak
gambar 9 ulat
gambar 10 bagian ulat
Kepala
Dada
Perut
Spirakulum
Kait anal
Tungkai perut (abdominal)
Segmen
Tungkai dada (thoracis)
Antena