Minggu, 29 April 2012

laporan dasar-dasar perlindungan tanaman mengenal ordo serangga hama

I.PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa.

Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertaian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi – sendi pembangunan bangsa, pada akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petai. Kebijakan – kebijakan yang di tempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan – kebijakan tersebut hanya memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya – upaya yang di tempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani di anggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada kaum petani dan cenderung merugikan petani.                               .                      (http://mamassuranto.wordpress.com)

 

Berbagai masalah, baik teknis maupun sosial ekonomis sangat mempengaruhi perkembangan produksi hortikultura, salah satu diantaranya yang penting adalah masalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Berbagai jenis OPT baik berupa hama, penyakit maupun gulma menjadi faktor pembatas dalam peningkatan produksi karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Beberapa hama utama yang dapat menyebabkan penurunan produksi pada tanaman sayuran, antara lain Trips pada tanaman cabai dapat menurunkan sampai 80% (Moekasan, 1998), ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah pada musim kemarau jika tidak dikendalikan serangannya bisa mencapai 100% (Moekasan, 1998), penggerek umbi/daun kentang (Phthorimaea operculella) pada tanaman kentang mengakibatkan kerusakan 34% (Setiawati, 1998) dan serangannya ditempat penyimpanan kentang dapat mencapai 100%, ulat daun kubis (Plutella xylostella) yang menyerang tanaman kubis dapat mengakibatkan kerusakan hampir 100% dan serangan ulat buah tomat (Helicoverpa armigera)kerusakannya dapat mencapai mencapai 52%

Pengendalian hama pada tanaman sayuran dilaksanakan sesuai dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Teknologi pengendalian hama tanaman yang dapat diterapkan secara umum, antara lain :

-        Pencegahan masuknya OPT ke area dalam lahan usahatani,

-        Eradikasi atau pemusnahan hama dari tanaman inang, tanah, sumber inokulum lain atau pemusnahan pathogen dari suatu wilayah.

-        Sanitasi kebun.

-        Penggunaan varietas toleran.

-        Pengaturan pola tanam yang terdiri atas pengaturan waktu tanam, tanam serentak, pergiliran tanaman, pengaturan jarak tanam, dan penggunaan mulsa,

-        Pengendalian secara teknik budidaya, fisik dan biologi.

-        Penggunaan pestisida bila diperlukan

Pada umumnya keberhasilan petani dalam berusaha tani sayuran, antara lain ditentukan oleh keberhasilan dalam melakukan usaha perlindungan tanaman. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dalam menyelamatkan infestasinya, petani rela mengeluarkan biaya besar untuk melakukan usaha perlindungan tanaman. Berdasar pada pengalamannya juga, petani mampu menduga timbulnya gejala serangan patogen, yang dikaitkan dengan factor lingkungan terutama cuaca. Oleh karena itu penggunaan pestisida khususnya insektisida sebagai upaya petani menyelamatkan pertanamannya dari gangguan hama di daerah sentra produksi sayuran sangat tinggi.

Hal ini tidak dapat dihindari karena di satu pihak insektisida dapat menekan laju perkembangan hama dengan cepat, di lain pihak ketika intensitas serangan diatas ambang ekonomi, cara pengendalian yang lain tidak mampu menekan laju perkembangan hama tersebut. Namun demikian perlu senantiasa ditanamkan pengertian kepada petani sayuran bahwa dalam melakukan perlindungan tanaman terkandung makna keamanan bagi produsen dan konsumen serta lingkungan hidup. Penggunaan insektisida harus secara bijaksana sesuai dengan prinsip untuk memperoleh produktifitas yang tinggi dan mantap, aman terhadap lingkungan, produsen dan konsumen serta menguntungkan bagi petani yang bersangkutan. Jenis tanaman sayuran dan jenis hama potensial yang menjadi kendala utama produksi tanaman sayuran sangat banyak. Oleh karena itu pada buku ini hanya akan dibahas beberapa hama utama pada beberapa tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis hama utama pada tanaman sayuran yang akan dibahas dalam buku ini terbatas pada :

-        Tanaman cabai : hama ulat grayak (Spodoptera litura), Trips (Thrips parvispinus), lalat buah (Bactrocera sp.), dan kutu kebul (Bemisia tabaci),

-        Tanaman bawang merah: hama ulat bawang(Spodoptera exigua), lalat pengorok daun (Liriomyza chinensis), Trips (Thrips tabaci), dan orong – orong atau anjing tanah (Gryllotalpa sp.)

-         Tanaman kentang: hama penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella), pengorok daun (Liriomyza huidobrensis), kutu daun persik (Myzus persicae), Trips (Thrips palmi),

-        Tanaman kubis : hama ulat daun (Plutella xylostella), ulat krop (Crocidolomia binotalis), dan kutu anjing (Phyllotreta vittata). Tanaman tomat : hama ulat buah tomat (Helicoverpa armigera), ulat tanah (Agrotis ipsilon), dan tungau kuning (Polyphagotarsonemuslatus) (www.deptan.go.id)

 

Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat merusak tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :

1.       Gagal Panen                                                                                                   

Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi  mereka. Hama merusak tanaman dengan cara :

-        Menghisap cairan tanaman

-        Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua

-        Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman

-        Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis buah

-        Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada batang, daun maupaun buah

2.       Menurunnya Jumlah Produksi Tanam

Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis

3.       Pertumbuhan Tanaman yang Tergangg

Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi kerdi dan tidak dapat berproduksi.

4.       Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi   

Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.

5.       Kerugian bagi para Petan

Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain memperpuruk kondisi dan iklim pertanian di indonesia

6.       Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.

7.       Degradasi Agroekosistem

Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem. Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem alami.

8.       Munculnya resistensi dan returgensi hama

Dengan penanggulangan serangan  hama yang tidak sesuai akan menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri. (http://fapertauir.blogspot.com)

Teknologi pengendalian hama dengan mengandalkan pestisida, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi masalah hama tanaman. Bahkan penggunaan pestisida bisa berdampak buruk bagi manusia, jasad bukan sasaran dan lingkungan hidup. Kenyataan tersebut menggugah kesadaran akan kebutuhan pengendalian yang baru, yang dapat mengurangi dampak negatif  penggunaan pestisida. Pendekatan pengendalian baru yang dikembangkan ialah pengendalian hama terpadu (PHT).

Konsepsi PHT semula diartikan secara terbatas sebagai kombinasi pengendalian hama secara hayati dan pengendalian hama secara kimiawi menggunakan pestisida. Tetapi teknik pengendalian kemudian dikembangkan dengan memadukan semua metode pengendalian hama yang dikenal. Termasuk didalamnya pengendalian secara fisik, pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian hayati,  pengendalian kimiawi dan pengendalian hama lainnya. Dengan cara ini, diharapkan ketergantungan petani terhadap pestisida dapat dikurangi.( http://usitani.wordpress.com)

1.2. Tujuan Praktikum

-        Untuk mengetahui perbedaan keenam ordo serangga hama tersebut.

-        Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan pengklasifikasian/identifikasi keenam serangga hama tersebut.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Serangga hama

Binatang kecil yg kakinya beruas-ruas, bernapas dengan  pembuluh napas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras (spt belalang, semut, lebah) Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam") Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat)[2]. Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.

Walaupun telah diketahui hampir satu juta spesies serangga, masih banyak lagi serangga yang belum diketahui dan direkodkan kehadirannya. Tidak dapat dinafikan banyak serangga yang akan pupus, sebelum dapat direkodkan kewujudannya, akibat aktiviti pembangunan hutan yang dilakukan. Ciri-ciri utama serangga adalah seperti berikut :

-        Kaki 3 pasang, yang terdapat di bahagian tubuh toraks.

-        Tubuh terbahagi kepada 3 bahagian, iaitu kepala, toraks dan abdomen.

-        Rangka tubuh terdapat di luar,yang disebut rangka luar, merupakan kulit keras. (blogspo.master)

 

 

2.2. Golongan Serangga Hama

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama(Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000). Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya

Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan.

Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.

Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan.

Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator.Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.

Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu . Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus.

Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.

Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan

Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya . Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya.(usupress.usu.ac.id/)

 

2.3. Tipe-Tipe Perkembangan Hidup Serangga

Selama hidupnya, serangga berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada dua macam metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Beberapa jenis serangga mengalami metamorfosa sempurna. Metamorfosa ini mempunyai empat bentuk: mulai dari telur, menjadi larva (= ulat = tempayak = lundi), kemudian kepompong, baru dewasa. Contohnya adalah ngengat: telur menetas menjadi ulat. Ulat berganti kulit beberapa kali, kemudian membuat kepompong. Setelah beberapa waktu, ngengat dewasa keluar dari kepompong. Hanya dewasa yang dapat terbang dan kawin. Contoh lain adalah kumbang kubah serangga yang mengalami metamorfosa sempurna mungkin tergolong hama (seperti penggerek buah kopi) atau mungkin tergolong musuh alami (seperti semut rangrang).


Metamorfosa sempurna : telur - larva - kepompong - dewasa.        


          Jika serangga tertentu tidak mengalami metamorfosa sempurna, berarti dia mengalami metamorfosa tidak sempurna. Metamorfosa tidak sempurna mempunyai tiga bentuk: mulai dari telur, menjadi nimfa (serangga muda), kemudian dewasa. Dengan demikian metamorfosa tidak sempurna, tidak terdapat bentuk kepompong.


Contohnya adalah kepik dan capung. Telur menetas menjadi nimfa, kemudian melepaskan kulitnya beberapa kali bila sedang mengalami proses perkembangan. Pada saat melepas kulit terakhir, nimfa berubah menjadi serangga dewasa.

Metamorfosa tidak sempurna :telur - nimfa –dewasa                                                   .                                      (http://afruri.blogspot.com)

 

 

2.4. Pengendalian Serangga Hama

Pengendalian serangga hama secara hayati

Dalam pelaksanaan pengelolaan serangga hama, kesetimbangan populasi alami adalah sangat penting untuk diperhatikan. Pengendalian serangga hama secara hayati dengan menggunakan musuh alami seperti parasit, predator dan penyakit serangga dapat mengelola kesetimbangan populasi serangga hama secara alami. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan penggunaan penyakit serangga sebagai agensia pengendali serangga hama di area pertanian, hutan, perkebunan atau taman perkotaan atau pedesaan dan pariwisata adalah bahwa penyakit serangga sebagai agensia hayati akan menetap di areal tersebut dan serangga hama akan dapat dikelola secara alami sehingga kerusakan tanaman berkurang dan selanjutnya menjadi cara pengendalian serangga hama yang relatif murah dan aman terhadap lingkungan.

Penelitian pengendalian serangga hama secara hayati, terutama menggunakan penyakit serangga di mulai dengan koleksi strain bakteri penyebab penyakit serangga, identifikasi strain bakteri dan rekayasa materi genetik strain bakteri pathogen dan pengujian patogenisitas yang meyakinkan bahwa strain bakteri bersifat spesifik, aman terhadap serangga non-target dan efektif untuk agensia biologi pengendali serangga hama. Produksi sel kultur bakteri untuk produksi bioinsektisida.

Biodiversitas dan Konservasi Serangga.

Keberadaan serangga pada suatu tempat dapat menjadi indikator biodiversitas, kesehatan ekosistem, dan degradasi landsekap. Oleh karena itu, konservasi serangga tidak dapat diabaikan. Serangga mempunyai fungsi/peran penting di lingkungan/ ekosistem, yaitu beberapa serangga berperan sebagai siklus nutrien dan aerasi tanah, sebagian besar anggota Hymenoptera adalah parasit yang dapat digunakan sebagai agensia pengendali serangga hospesnya. Selain itu serangga banyak yang berperan sebagai polinator, sebagai pakan tidak hanya untuk burung, tetapi juga anggota reptil dan mamalia. Di dalam ekosistem, serangga herbivor merupakan salah satu unsur struktur komunitas vegetasi.

Penelitian biodiversitas dan konservasi serangga meliputi koleksi serangga dari daerah yang berbeda antara lain pedesaan, perkotaan, pariwisata, pertanian, hutan dan identifikasi dan peran serangga di ekosistem.(http://biologi.ugm)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegaiatan Praktikum Acara II (Mengenal Ordo Serangga Hama) dilakukan dengan pengambilan sampel tanaman dan bagian tanaman bergejala dari lapangan dan pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin 16 April 2012 jam 15.15-17.00 WIB

3.2. Bahan dan Alat

            Bahan yang digunakan adalah specimen serangga hama (ordo orthoptera, hemiptera, homoptera, Lepidoptera, dipteral dan coloeptear) ada pun sampel hama yang dibawa adaalah belalang kayau, ulat grayak, walang sangit, kutu daun, kepik, kumbang kelapa dan lalat buah. Sadangkan alat yang digunakan adalah lup, pinset, alat gambar dan alat tulis.

3.3. Cara Kerja

Setiap praktikum agar membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordoseranga hama, yang digambar adalah: 1. Bentuk serangga keseluruhan 2. Permasing-masing  bagian  yaitu sayap depan dan belakang, kepala (capu) dada (thorax), perut (abdomen) dan kaki #. Melakukan pengklasifikasian          ( ganus, spesies< ordo, dan familia) $. Membuat resume singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang diserang, dan biologis serangga tersebut (tlur-larva-pupa-im,ago atau telur-ninva-imago-(mencantumkan dalam laporan) 5. Ilustrasikan contoh gambar keenam ordo serangga.

Kita gambar hasil pengamatan (perkelompok) dibuat sebai laporan sementara yang diparaf oleh asisten yang b ertugas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Hasil Pengamatan

Table hasil pengamatan mengenal ordo serangga hama`

N

Nama serangga

Ordo serangga

Tipe perkembangan

Tipe mulut

Bagian tan. Yg diserang

Gambag morfologi serangga

 1

Belalang kayu (Valanga nigricornis)

Orthoptera

Paurometabola

Nimfa & imago (mnggigit, mngunyah)

Pucuk, daun, batang & helai

belang k3.jpg

2

Walang sangit (Leptocorisa acuta)

Hemiptera

Pauremetabola

Nimfa & imago (menusuk, menghisap

Daun & buah

walang4.jpg

3

Kutu daun  (Aphis Sp)

Homoptera

Pauremetabola partenogenetik

Imago menyerap & menghisap

Daun dan buah

kutu d3.jpg

4

Ulat tanah (Agrotisipsilon)

Lepitoptera

pauremetabola

Larva & imago menggigit, menguyah & mengerogoti

Daun, batang, akar & buah

ulat2.jpg

5

Lalat buah          ( Dacus Sp)

Dipteral

Holometabola

Larva & imago menggigit & menghisap

buah

lalat b1.jpg

6

Kumbang kelapa     (Orictes rhinoceros)

Coloeptera

Holometabola

Larva & imago menggigit & menguyah

Akar & batang

kumbang3.jpg

 

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kumbang Kelap                                             






kumbang4.jpg


Morfologi kumbang kelapa.jpg

Gambar 1 Bentuk kumbang kelapa           Gambar 2 bagian tubuh kumbang       kelapa

Ada pun klasifikasi kumbang kelapa adalah Kingdom adalan Animalia, Filum adalah Arthropoda, Kelas adalah Insecta, Ordo   adalah Coleoptera, Famili adalah Scarabaeidae, Genus adalah Oryctes, Spesies adalah Oryctes rhinoceros L.      

Kumbang kelapa merupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam, malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat.

 penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya Oryctes rhinoceros L. Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago,Telur bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk), setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, rata-rata 12 hari, telur-telur menetas setelah 12 hari.

Kumbang ini berwarna gelap sampai hitam, sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan tedapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas dibelakang kepala.
kumbang O.rhinoceros pada bagian atas berwarna hitam mengkilat, bagian bawah coklat merah tua. Panjangnya 3-5 cm. Tanduk kumbang jantan lebih panjang dari tanduk betina. Pada kumbang betina terdapat bulu yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada

 kumbang jantan bulu-bulu tersebut hampir tidak ditemukan.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa, kemudian menyusup kedalam pucuk dan membuat lubang hingga menembus pangkal pelepah daun muda sampai di tengah pucuk dan tinggal pada lubang ini selama 5-10 hari. Bila sore hari, kumbang dewasa mencari pasangan dan kemudian kawin. Betina berumur 3 minggu dan jantan berumur 5 minggu dapat siap kawin, terbang dan makan pertama. Contohnya peletakkan telur dapat terjadi sebelum kumbang keluar dari sarang dimana larva itu berkembang.

Pengendalian hama berdasarkanpada tata hubungan biologik di dalam ekosistem, dalam hal ini komponen lingkungan atau agroekosistem yang beraneka ragam itu perlu dipertimbangkan. Ditambahkan pula oleh Sumarsono (1977), bahwa cara pengendalian yang baik tergantung pada pengetahuan yang tentang biologi dan ekologi, terutama hubungan serangga hama dengan tanaman inang.

Pengendalian hama terpadu merupakan tindakan yang bersifat fleksibel dalam menanggulangi hama yang menyerang tanaman. Cara dan saat perlakuan tergantung pada bebagai faktor yaitu luas serangan atau tingkat populasi dan faktor lingkungan berkembangbiaknya hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun, maka pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan menebang, membakar, atau membelah pohon-pohon kelapa yang mati, sarang-sarangnya dibakar sedalam 20 cm, pelepah daun kelapa dibersihkan setiap menurunkan buah, kumbang yang ditemukan dibunuh atau dicungkil keluar dari lubangnya.

Penggunaan kelapa mati yang dibiarka tegak merupakan cara yang cukup efektif untuk pengendalian hama ini. Pengendalian dengan sistem ini dapat dilakukan bersama-sama dengan pengendalian lain yaitu dengan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes, sehingga larva yang berada dalam tegakan tersebut akan terinfeksi oleh cendawan ataupun virus.

Selain menggunakan pengetahuan dan perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya, Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur dan larva O. Rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva, beberapa jenis nematoda dan cendawan juga menjadi musuh alami kumbang kelapa (Nayar, 1976).

Siklus hidup O. Rhinoceros di daerah pantai Padang berkisar antara 3,5-6,5 bulan dan di Bogor mencapai 8 bulan lamanya pada ketinggian 236 m dpl . Sedangkan di Australia menunjukkan bahwa jantan dapat hidup hingga 6,4 bulan dan betina 9,1 bulan lamanya sedangkan di India rata-rata lama hidup 4,7 bulan, namun iklim yang tidak mendukung atau makanan yang tidak cocok dapat menekan perkembangan hama ini hingga 14 bulan (blogspot.master)

4.2.2. belalang kayu

grasshopper-tiga-bagian-wings-avkids-com.jpgGambar 3 belelang kayu                      Gambar 4 bagian tubuh belalang kayu

                  Klasifikasi hama belalang kayu dengan Filum adalah Arthopoda, Sub filum adalah Mandibulata, Klas Insekta, Family Acrididae, Genus  Valanga dan Spesies Valanga Nigriconis

Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar. Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur. Tipe mulutnya menggigit.

Tubuh insecta beruas-ruas, terdiri aas segmen kepala (cephalo), dada (toraks) dan perut (abdomen). Kepala insecta terdiri atas satu segmen yang sebenarnya merupakan persatuan dari enam segmen. Pada bagian kepala terdapat :

  1. Sepasang mata faset (majemuk), yaitu mata yang memiliki beberapa ommatidia (mata tunggal)

  2. Sepasang antena/alat peraba.

  3. Tiga pasang alat mulut, yaitu :

-        rahang muka

-        rahang tengah

-        rahang belakang

Dada (toraks) terdiri dari tiga segmen, yaitu prototoraks, mesotoraks dan metatoraks. Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas. Pada beberapa insecta, di bagian kakinya terdapat keranjang serbuk sari. Pada umumnya insecta mempunyai dua pasang sayap.

Bagian perut (abdomen) terdiri atas ± 11 ruas. Ruas belakang (bagian posterior) berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada beberapa insecta betina terdapat alat untuk melepaskan telur yang disebut ovipositor serta kantung tempat menyimpan spermatozoid yang disebut spermateka. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.

Menurut tipe mulutnya, Insecta digolongkan menjadi empat (4) tipe mulut, yaitu :

  1. mulut menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik dan berbagai macam belalang.

  2. mulut menggigit dan menjilat, misalnya berbagai macam lebah.

  3. mulut menusuk dan mengisap, misalnya nyamuk.

Pengendalian Secara kimiawi Pengendalian scara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan phosdrin, diazinon, basudin, dan insektisida lainnya, Secara biologis Pengendalian secara biologis dilakukan dengan merawat kumbang endol yang lawanya sebagai parasite telur belalang. Kultur tekni
Pengendalian dengan kultur teknis adalah dengan pengaturan pada penanganan.  (blogspot.master)     

4.2.3. walang sangit

walang4.jpg Gambar 5 walang sangit                       Gambar 6 bagian walang sangit

Klasifikasi Hama Walang Sangit adalah Kingdom  Animalia, Pylum Arthopoda, Sum Filum Mandibulata, Klas Insecta, Sub Klas pterygota, Ordo Hemiptera, Famili ceseidae, Genus Leptocorisa dan Spesies Laptocorisa acuta

Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur ratarata 5,2 hari

Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfarata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa.

Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipelihara pada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan

Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari) (http://balitt)

            Pengendalian

a. Penggunaan Perangkap

Di lahan rawa lebak petani dalam mengendalikan hama khususnya walang sangit menggunaan perangkap yaitu dari bahan keong yang dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sangit dapat ditekan. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena dengan perangkap tersebut walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan pada bulir padi.

Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10 ekor/perangkap. Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-10 butir/tempat, sehingga walang sangit yang datang berkunjung dan mengisap bahan tersebut dan mati.

Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang

dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup efektif memerangkap walang sangit. Walang sangit bergerombol datang pada perangkap bau busuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepada bau-bauan tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk tersebut.

 

 

4.2.4. kutu daun

perut
 

punggung
 
anus
 
kaki
 
mulut
 
mata
 
kutu d1.jpgkutu d4.jpg gambar 7 kutu daun                                       gambar 8 bagian tubuh kutu daun

 

 

Klasifikasi hama kutu daun adalah Filum Arthopoda, Sub filum Mandibulata, Klas Insecta, Ordo Homoptera, Famili Aphididae, Genus Aphis dan  Spesies Aphis sp

Daur hidup kutu daun ialah dimilai dari telur – nimfa – imago . Umumnya, stadia nimfa terdiri atas empat instar Stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 15oC, sembilan hari pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC. Seekor betina  yang tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata 68,2 ekor nimfa, sementara betina bersayap melahirkan 49 nimfa. Lama hidup imago adalah 4-12 hari ,Ketiadaan fase telur di luar tubuh A. maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan terjadi dalam alat re produksi betina dan diduga telur tidak mampu bertahan pada semua kondisi lingkungan.

Memiliki ciri yaitu berwarna putih, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai. yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau ayau, hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat.

Kutu daun mudah dikendalikan dengan menggunakan insektisida kontak atau sistemik. Insektisida granular sering dipakai untuk mengendalikan hama ini pada tanaman sereali a. Insektisida seperti malathion lebih disenangi karena lebih sedikit pengaruhnya terha dap populasi musuh alami.                                                .                             .(http://www.google.co.id)

 

4.2.5. ulat tanah

Ulat Grayak

 gambar 9 ulat

gambar 10 bagian ulat

  1. Kepala

  2.  Dada

  3.  Perut

  4. Spirakulum

  5. Kait anal

  6. Tungkai perut (abdominal)

  7.  Segmen

  8. Tungkai dada (thoracis)

  9.  Antena

 

Nama umum : Spodoptera litura (Fabricius) Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Subfamili : Amphipyrinae

Siklus hidupnya yaitu: Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000-3000 telur.Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20-46 hari, pupa : 8-11 hari) (Ardiansyah, 2007).

Instar pertama tubuh larva berwarna hijau kuning, panjang 2,00 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,00 mm, bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0 – 15,0 mm dengan lebar kepala 0,5 – 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat , kelima dan keenam agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar ke empat 13-20 mm, instar kelima 25-35 mm dan instar ke enam 35-50 mm. Mulai instar keempat warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan.Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang biasanya berwarna putih, (Blogspot.Masrer).

Pengendalian Serangan :

1. Musuh Alam

Beberapa musuh alami yang menyerang ulat ini yaitu Apenteles sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, Charops longiventris, Chelonus sp, Euplecectrus platyphenae,Microplitis manilae,Nythobia sp,Tachinidae,Podomya setosa                                                                                                                                                                

2.Agen hayati

berperan penting sebagai pengendali hama secara alamiah adalah Nucleopolyhedrovirus (NPV) yang merupakan agensi hayati ulat grayak. ).

Virus ini memiliki sifat yang menguntungkan, antara lain :

·         memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran.

·         tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya.

·         dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia.

·         kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat.

3.Pestisida nabati,

 berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Blogspot. Master.)

 

 

 

 

 

V. PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum mengenal ordo serangga a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).

Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.
Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :

·         Kecoa (Periplaneta sp.)

·         Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)

·         Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.

Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :

·         Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

·         Kepik hijau (Nezara viridula L)

·         Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

 

 

c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.

Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.

Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :

·         Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

·         Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

·          Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)

Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.

Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.

Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Beberapa contoh anggotanya adalah :

·         Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)

·         Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)

·         Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.

Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain :

·         Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)

·         Kupu gajah (Attacus atlas L)

·         Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)

f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.

Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.

Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :

-        bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum

-        bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum

-        bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta.
Beberapa contoh anggotanya adalah :

·         lalat buah (Dacus spp.)

·         lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)

·         lalat rumah (Musca domesticaLinn.)

·          lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli.

Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.

Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :

-        Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).

-        Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).

-        Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

 

 

 

5.2. SARAN

Dalam budidaya pertanian khususnya dalam pengelolaan tanaman dan pengendalian hama dan penyakit usahakan dengan menggunakan cara dan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak merusak lingkungan. Sebaiknya pemerintah juga lebih memikirkan pertanian daripada masalah lainnya di Indonesia karena hama menjadi salah satu kendala pertanian, apabila hama tidak ditanganni dengan baik maka hasil panen akan buruk dan juga akan merambat ke masalah keuangan Negara jadi pemerintah jga mencari inovasi atau menyuluh dan member bantuan pada petani untuk penanggulangan hama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://mamassuranto.wordpress.com/2012/02/14/pertanian-indonesia_/

http://fapertauir.blogspot.com/2011/01/dampak-kerugian-akibat-serangan-hama.html

http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/pht/usupress.usu.ac.id/.../Serangga%20Berguna%20Pertanian_Final_Nor...

http://afruri.blogspot.com/2010/01/daur-hidup-serangga.html)

http://biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=125&Itemid=154)http://balittra.litbang.deptan.go.id/prosiding06/Document23.pdf

http://www.google.co.id/search?q=bagian+tubuh+kutu+daun&hl

www.deptan.go.id/ditlinhorti/images/data/pdf/buku_sayur2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN